Sunday 15 September 2019

Love

Kala ku membuka jendela, embun menyapa di pagi hari. Memberikan kesejukan di sepanjang mata memandang. Musim kemarau tak membuatnya sirna, kesejukannya tetap saja menentramkan.

Mentari hadir menyapanya menghangatkan bumi dgn sinar kekuningan. Mencairkan fikirn dan hati yg beku. Kemarau seperti ini cahayanya terasa semakin menyengat. Meluluhkan setiap keangkuhan jiwa.

Setelah sekian lama tak menulis, hari ini aku ingin berbicara tentang cinta menurut versi ku. 

Cinta terlahir dari kepedulian, perhatian tulus yg bermetamorfosa menjadi kasih. Tumpukan kash dan sayang yg menggunung membentuk sebuah rasa yg sulit didefinisikan.

Ia terlahir dalam waktu yg lama, melalui proses panjang, komunikasi dan kebersamaan yg rutin. Semakin banyak kasih yg tercurah semakin besar pula peluang cinta terbentuk.

Waktu menjadi saksi bisu kehadirannya, meski aku tak tau persis apakah rasa ini bernarkan cinta. Yg ku tau nurani berbunga tatakala kebersamaan terukir. 

Cinta hanya tentang kesediaan menerima, dan menyembuhkannya. Dua orang yg awalnya tidak saling kenal, jika senantiasa bersama dan membuka ruang di hati untuk menumbuhkan rasa, perlahan cinta akan datang. 

Cinta pun bisa memudar seiring berkurangnya usia. Namun ia juga bisa menguat seiring datangnya usia senja. Semua tergantung kesediaan hati dan membangun momentum kebersamaan, quality time.

Berbicara tentang cinta tak lepas dari istilah 'puber kedua'. Jika puber pertama di masa sekolah, puber kedua di masa menginjak usia 40 atau 50an. Ironinya puber kedua lebih sulit mengatasinya dibandingkan puber pertama karena di masa puber kedua banyak pihak yg terlibat, di mana ia pria/wanita dalam status pernikahan.

Sejatinya puber kedua biasa dialihkan kearah positif, saat kebosanan dalam rumah tangga menjangkit dan rindu akan getar cinta datang tak tertahankan.
Pengalihan bisa dilakukan dengan membangun kembali moment2 yg membuat anda jatuh cinta dgn suami. Tentunya dengan niat dan kesadaran membangun kehangatan dalam keluarga.

Jadi cinta itu tentang kesediaan membuka hati dan menumbuhkan, diiringi dengan kebersamaan dan komunikasi yg berkualitas.

Wednesday 22 April 2015

bagai rinai

24 Oktober 2014 pukul 18:55
bagai rinai.
rinai hadir dengan kesejukan,
menyegarkan bumi,
menghapus debu-debu yang berterbangan,
membawa rahmat,
menghadirkan ketentraman,
jatuh lurus kebumi tanpa harus bertabrakan dengan yang lain.

tetap membawa maanfaat di manapun ia jatuh.

jum'at, 24 oktober 2014. tepat 21 tahun yang lalu, aku hadir di dunia. tidak terasa 21 tahun sudah aku menjalani kehidupan ini. Entah bagaimana aku harus mempertanggung jawabkan prilakuku selama 21 tahun itu. Semoga Allah mengampuniku.

Mulai hari ini, ku tutup kisahku. aku memilih lahir kembali menjadi pribadi yang baru. Cukup sudah aku sia-sia kan hidupku untuk mencari siapa diriku. Pertualangan panjang yang menguras waktu, tenaga dan energi. Aku memilih berhenti bermain-main. aku tak ingin lagi memanjakan diriku dengan pelangi semu. 

aku melangkah dengan ayunan langkah yang baru. Aku bertekad untuk tidak lagi menoleh ke belakang. Biarlah semua yang telah terjadi di masa lalu menjadi bagian kisah yang kelak bisa di bagikan kepada anak dan cucu. Biarlah semua konflik batin yang pernah ada, hilang bersama waktu yang selalu melangkah pergi. 

hari ini, aku mengetahui endapan emosi terbesar dalam hidupku. Gudang kekecewaan yang kurawat dan ku kunci dengan rapi. Menemaniku selama 2 tahun terakhir. Ku akui, aku kecewa dengan sikap kakak-kakakku yang seolah tak perduli dengan keadanku. yang selalu membiarkan anak manja ini melakukan semuanya sendiri. Jujur, sakit rasanya, harus menanggung semua tekanan dan desakkan keadaan sendiri. pedih kala aku mengharapkan mereka hadir mengulurkan tangan mereka namun mereka menepis tanganku. namun kini, aku sudah bisa terima semua perlakuan kakak-kakakku. aku terima cara mereka membimbingku untuk mandiri. Dan aku memaafkan mereka.

kini aku memutuskan untuk menjadi pribadi yang mandiri atas dasar keinginanku sendiri. aku yakin bisa melakukan semuanya sendiri. Hanya kepadaNya aku bergantung, hanya kepadaNya aku bercerita tentang keluh kesahku.

aku menyukai diriku yang sekarang. Mandiri dan tidak bergantung pada sahabat, keluarga, ataupun orang yang aku suka. Aku kelebihan tenaga jika aku hanya menyelesaikan urusanku sendiri. dan aku memilih menyediakan kelebihan tenaga itu kepa orang-orang yang ada di sekitarku.

Perihal perasaan, aku memilih untuk tidak berharap banyak pada pria yang aku kenal dan dekat denganku. Aku memilih untuk menganggap mereka teman tempatku berbagi perhatian karena aku kelebihan perhatian jika hanya untuk memperhatikan diriku sendiri. Mereka adalah patner yang tulus membantu dengan sikap profesional. Ya, mereka membatuku dengan tulus, dan aku akan membalasnya dengan ketulusan yang setara tanpa setitikpun harapan. Aku tidak mengharapkan apapun dari mereka, termasuk cinta. Bagiku aku adalah mereka dan mereka adalah aku. sebuah pertemanan tulus tanpa harapan.

untuk orang-rang yang ada di sekitarku, aku memilih untuk membagikan perhatian dan kasih sayang ku pada mereka. aku kelebihan kasih sayang dan perhatian jika hanya untuk diriku sendiri. Aku memutuskan untuk membagikannya kepada mereka. Memberikan yang terbaik untuk mereka. satu kebaikan yang bisa aku berikan kepada mereka adalah satu kebahagiaan dalam diriku.

aku adalah jamila yang baru. Seorang yang mandiri. Senantiasa berinisiatif untuk memulai. Menyayangi dengan tulus. Dan penebar kebahagiaan di mana pun aku berada.